Bagian Hukum Sekretariat Daerah Bantul pada Rabu 22 Februari 2023 menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Hukum Mengenai RESTORATIVE JUSTICE atau Program Penyelesaian Permasalahan Hukum Di Luar Jalur Hukum/Pengadilan atau singkatnya dengan prosedur Perdamaian.
Kegiatan Sosialisasi Hukum di Wukirsari, Imogiri dipimpin oleh Sub Koordinator Bantuan Hukum pada Bagian Hukum Setda Bantul - Bp.JAROT ANGGORO JATI,S.H. Serta diawali dengan pembukaan dengan Kata Sambutan oleh Panewu Anom Imogiri - Ibu MURNIATI WISMANDARI,AP.,MM. serta Lurah Wukirsari, Imogiri - Bp.SUSILO HAPSORO,S.E., dengan Pranatacara/MC- Bp.Agus Basuki. Adapun Narasumber/Pembicara pada kesempatan tersebut antara lain Ketua DPRD Kabupaten Bantul - Bp.HANUNG RAHARJO,S.T.; serta dari Kepolisian Resort Kota Bantul - Bp.Iptu.IMAM SUTRISNO.
Sosialisasi dihadiri oleh perwakilan dari Kapanewon, perwakilan Kalurahan, Badan Musyawarah Kalurahan (BaMusKal), Unsur Karang Taruna, serta Unsur Kemasyarakatan terkait.
Sosialisasi mengenai Keadikan Restoratif atau RESTORATIVE JUSTICE didasarkan pada Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor.8 Tahun 2021. Prinsip keadilan Restorative Justice merupakan alternatif penyelesaian
perkara tindak pidana, yang dalam mekanisme tata cara peradilan pidana
diubah menjadi proses dialog dan mediasi. Dialog dan mediasi dalam
keadilan Restorative Justice melibatkan beberapa pihak di antaranya
pelaku, korban, keluarga pelaku atau korban, tokoh agama, tokoh
masyarakat, dan pihak-pihak lain yang terkait dengan tujuan penyelesaian
hukum tersebut melalui terciptanya kesepakatan atas penyelesaian
perkara pidana. Tentu saja ada Syarat dan ketentuan yang berlaku dalam penerapan Restorative Justice tersebut. Di mana Perkara pidana yang dapat diselesaikan dengan restorative justice adalah pada perkara tindak pidana ringan
sebagaimana diatur dalam Pasal 364, 373, 379, 384, 407 dan 483 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Dalam hal ini hukum yang diberikan
adalah pidana penjara paling lama 3 bulan atau denda Rp 2,5 juta. Tidak sembarang perkara, Keadilan Restoratif hanya bisa diterapkan dalam
perkara pidana ringan, perempuan yang berhadapan dengan hukum, perkara
anak dan narkotika. Prinsip Keadilan Restorativ TIDAK BERLAKU untuk kasus-kasus berat antara lain Penyalahgunaan Narkoba, Terorisme,
Hal tersebut selaras dengan apa yang disampaikan oleh BUPATI BANTUL saat peresmian RUMAH RESTORATIVE JUSTICE di Trirenggo pada tahun 2022 silam. Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih berharap agar kehadiran rumah Restorative Justice ini akan mewujudkan kepastian hukum yang lebih mengedepankan keadilan, tidak hanya bagi tersangka, korban, dan keluarganya, tetapi juga keadilan yang menyentuh masyarakat, dengan menghindari adanya stigma negatif.
Dalam kesempatan sosialisasi tersebut, menndapat cukup banyak sambutan positif dari para undangan yang hadir. Terbukti banyak para hadirin yang mengajukan pertanyaan mengenai Restorative Justice ini. Namun yang paling banyak ditanyakan adalah mengenai masalah yang sedang meresahkan di Yogyakarta yaitu mengenai Tindak Kejahatan Menghilangkan Nyawa Orang yang dilakukan oleh remaja bahkan anak di bawah umur, yang akrab disebut dengan istilah "KLITIH".